Letusan gunung kelud tahun 1990 sangat membekas sekali pada masyarakat desa sepawon, ketika pemerintah daerah kabupaten kediri kurang cekatan untuk mengevakusi ternak masyarkat dan ini tentunya menjadi trauma sendiri jika nantinya gunung Kelud jadi meletus, Pengalaman selama ini yang menjadi perhatian pemerintah dan Satlak hanya evakuasi terhadap keselamatan korban manusianya saja, tetapi evakusi kepada aset berharga temasuk ternak belum menjadi perhatian, terutama dinas peternakan yang menangani permasalah ini
Mengapa masyarakat enggan untuk di evakuasi? menurut pengakuan Paulus Supianto yang juga sebagai ketua komite desa PMR (Panca Manunggal Rasa Sepawon) karena salah satu faktor penyebabnya ialah keberatan untuk meningalkan hewan ternaknya, menurutnya solusi yang tepat jika ternak warga ini mungkin di evakuasi terlebih dahulu dan ada kepastian jaminan keamanan jelas memudahkan sekali untuk mengevakuasi masyarakat desa
Sesuai data pemetaan swadaya, masyarakat desa sepawon yang terdiri dari 5 dusun ini rata-rata berternak, untuk dusun Gatok desa sepawon saja jumlah ternak warga yaitu Sapi Limosin dan Metal 20 ekor, Sapi Perah 47 ekor, Kambing 320 ekor, belum lagi dusun lainya. Berternak adalah usaha sampingan sekaligus mata pencaharian yang paling utama dikultur masyarakat perkebunan
Masyarakat dilereng gunung kelud, sangatlah berpengalaman sekali dengan berternak, tetapi cara berternak yang dilakukan masih bersifat konvensional atau tradisional, artinya cara berternak yang sangat tergantung sekali dengan alam dan daun pepohonan di sekitarnya, pakan ternak ini dsebut (Rambanan). Model peternakan konvensional memang tergantung dengan alam, situasinya akan terbalik jika ada letusan gunung kelud. Karena setelah terjadi letusan gunung pepohonan semuanya kering akibat hujan abu panas, sementara itu sumber-sumber air banyak yang mati tersubat oleh erupsi dan tetntunya mempengaruhi pepohonan di sekitarnya
Setelah terjadi letusan gunung kelud kebutuhan akan pakan ternak hijauan daun (Rambanan) sangat sulit, terus bagaimana dengan ternak masyarakat? Selanjutnya ternak-ternak tersebut akan ini diberi pakan apa? berdasarkan pengalaman, krisis pakan hijauan daun (rambanan) ini berlaku 2 sampai 3 bulan, tentunya hal ini menjadi kekwatiran bagi peternak, lantas bagaimana jalan keluar ketika ada persoalan alam ini
Dari proses diskusi bersama banyak peternak di desa sepawon akirnya muncul gagasan bagaimana pakan buatan (kosentrat) ini nantinya sebagai pakan alternative jika terjadi letusan gunung kelud. Gagasan ini menjadi kesepakatan bersama untuk menjawab krisis pakan ternak gunung meletus
Pakan ternak alternatif, yaitu pakan ternak yang dibuat dari pemanfaatan limbah pertanian (bongol nanas, ) ide ini muncul dari kegelisahan dari letusan gunung kelud, kegelisaan ini muncul ketika ada angapan nanti kalau gunung kelud ini saat meletus, bagaimana dengan evakuasi untuk ternak masyarakatnya? (sapi perah, kambing, dll)
Sudrajat 31 tahun, yang saat ini memiliki 95 ekor kambing sangat sependapat dengan solusi ini, ia menegaskan bahwa dirinya yang selama ini memelihara 95 ekor kambing tidak sepenuhnya bergantung terhadap pakan dari daun-daunan (rambanan) ada pakan lainya yang mempunyai kadar gizi yang seimbang dan itu banyak kita temui di sekitar kita. Ambilah contoh limbah kopi (dengan kulit kopinya) limbah coklat (dengan kulit coklatnya) serta bonggol daun nanas
Pemahaman berternak yang tidak hanya tergantung dengan hijauanya dedaunan (rambanan) seperti ini memang kurang banyak dimegerti oleh kebanyakan peternak menurut Danang karena itu perlu proses pendidikan sendiri pada masyarakat peternak dan yang terpenting kalau ada percontohan dengan model ternak yang mengunakan pakan buatan kita bisa agendakan kunjungan di lokasi peternakan ini, merubah kesadaran masyarakat memang tidak hanya dengan solusi dan diskusi tetapi memang ada bukti
PAKAN TERNAK ALTERNATIF: CIPTAKAN KEMANDIRIAN PETERNAK DESA SEPAWON
Posted by
Batos
at
11:49 PM
Tuesday
Labels:
pemberdayaan
3 Responses to “PAKAN TERNAK ALTERNATIF: CIPTAKAN KEMANDIRIAN PETERNAK DESA SEPAWON”
Salam hangat dari kami KOMIK UPN...
Populis, Kritis, Maju!
Salam hangat dari kami KOMIK UPN...
Populis, Kritis, Maju!
Lalu bgm cara pengolahan dari kulit coklat atau kakao menjadi pakan ternak? lebih enak jika juga dijelaskan caranya. Salam.
Post a Comment