Pada minggu pertama Agustus 2011 baru lalu, hanya beberapa hari sebelum perayaan ke-66 Hari Kemerdekaan Nasional, Badan Pusat Statitik (BPS) baru saja menerbitkan data mutakhir mereka tentang impor pangan ini. Seperti yang dukutip dan diberitakan oleh media massa, data itu cukup membuat nafas terhenti sejenak. Dari sumber detilk.com, ikhtisar data impor pangan tersebut --selama Januari sampai Juli (Semester I) 2011-- dapat dirangkum sebagai berikut:
No | Jenis Bahan Pangan | Diimpor dari (negara) | Jumlah impor (ton) | Nilai Impor (dollar AS) |
1 | Singkong (ubi kayu) | Italia | 1,78 | 20.064 |
Cina | 2,96 | 1.273 | ||
2 | Garam | Australia | 1.004.000 | 53.700.000 |
India, Singapura, Selandia Baru, Jerman | 741.120 | 39.840.000 | ||
3 | Daging ayam | Malaysia | 9,0 | 29.240 |
4 | Teh | Vietnam | 3.240 | 3.680.000 |
Kenya, Argentina, India, Cina | 1.007 | 3.320.000 | ||
5 | Cabe dingin-segar | Vietnam, India | 6.794 | 6.192.000 |
6 | Bawang putih | Cina, Taiwan | 178.900 | 132.770.000 |
7 | Bawang merah | India. Thailand, Filipina | 141.795 | 67.611.000 |
Bahan pangan lainnya yang diimpor adalah beras, jagung, kedelai, gandum dan tepung meslin, gula pasir, gula tebu, daging sejenis sapi, mentega, minyak goreng, susu, telur unggas, kelapa, kelapa sawit, lada, cengkeh, kakao, cabe kering, dan tembakau. Jumlah seluruhnya mencapai 11,33 juta ton dengan nilai impor $AS 5,36 milyar.
keluarga_petani_garam_takalarAnak-anak keluarga petani garam tradisional di pedalaman Takalar, Sulawesi Selatan... Mereka merayakan Hari Kemerdekaan untuk negara yang pemerintahnya lebih memilih jalan pintas mengimpor garam katimbang membantu orangtua mereka memperbaiki mutu dan meningkatkan produksi garam lokal.
Yang mengejutkan adalah alasan pembenaran di sebaliknya. Sebagaimana dikutip dan diberitakan oleh detik.com, Ketua Umum Asosiasi Pengekspor & Pengimpor Sayur Indonesia, Kafi Kurnia, mengakui bahwa "Ya, kita memang mengimpor garam juga dari Singapura, tetapi mereka lebih sabagai pedagang perantara... garamnya dari mana tidak tahu." Ia menambahkan bahwa garam yang diimpor dari Singapura adalah jenis garam industri, bukan garam konsumsi rumah tangga. Impor ini dilakukan karena produksi garam lokal oleh petani dalam negeri belum mampu menghasilkan garam industri bermutu tinggi yang tidak mudah menggumpal atau mengeras akibat penguapan kandungan airnya.
Sementara itu, Sudirman Saad, Direktur Jenderal PP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan yakin menegaskan bahwa "...tidak ada tambak garam di Singapura, sehingga kecil kemungkinan Indonesia mengimpor garam dari Negeri Singa itu." Dia menambahkan: "Sebenarnya, investasi untuk membuat garam berkualitas tinggi itu tidak mahal". Dia mencontohkan garam kualitas tinggi yang sudah diproduksi di Bali yang mampu menembus pasar ritel modern. Garam itu dikembangkan oleh investor asing yang mampu mengangkat nilai jual Bali karena dikemas dengan branding yang menarik.
Dua pernyataan itu menakjubkan. Masalahnya adalah bukan apakah SIngapura itu negara penghasil garam atau bukan. Persoalan intinya adalah fakta bahwa Indonesia --negara dengan garis pantai terpanjang di dunia-- sudah mengimpor garam! Kalau sudah tahu garam produksi petani lokal dalam negeri masih bermutu rendah, mengapa justru tidak habis-habisan melindungi dan membantu mereka meningkatkan mutu produknya? Mengapa justru dengan nada bangga menyebut-nyebut garam bermutu semacam itu sudah diproduksi di Bali, meskipun oleh investor asing? Sungguh suatu cara pikir khas jalan-pintas para pemburu rente, bukan mental produser bermartabat yang mampu menentukan nasib sendiri. (Beta Pettawaranie, 20/08/2011**)
2 Responses to “INDONESIA IMPOR GARAM DAN SINGKONG,, GILA..!”
kalo ada data2 ttg impor garam indonesia dr australia kirim k email saya dong...
lee_yha4444@yahoo.com
LIa
kalo semua bahan pangan kita impor, sangat berbahaya bagi negara ini. waktu ada embargo suku cadang dan peralatan perang negara ini dah bingung.kalo ada embargo pangan yang urusan perut.mau jadi apa negara ini?para pejabat,pengusaha,masyakat.mana asa memiliki negeri ini?para pengusaha jangan rakus menghalalkan segala cara untuk kepentingan pibadi.menyogok untuk memuluskan tujuan.kalau tidak dibenahi dari sekarang anak cucu kita,termasuk anak cucu pengusaha mau makan apa kelak?karena tidak selamanya usahanya maju.bisa bangkrut dan dituntut di alam setelah alam dunia.
Post a Comment